Siapa yang tidak mengenali gambar ini? “Smiley face” adalah sebuah logo ikonik yang sudah lekat dalam budaya pop kultur serta menginspirasikan ribuan imitasi. Emoji pun, yang pastinya bagi Partners sudah menjadi bagian kosakata virtual, mungkin tidak akan ada tanpa Smiley Face. Namun pernahkan Partners mencari tahu sejarah dari gambar ini? Karena ternyata sejarah pembuatannya tidak semanis senyumannya. Ini dia ceritanya.
Sejarah Smiley Face dimulai pada tahun 1963, dan sama sekali tidak melibatkan “Forrest Gump”, seperti yang digambarkan pada film dengan judul yang sama, melainkan sebuah perusahaan asuransi State Mutual Life Assurance Company yang sedang mengalami keterpurukan akibat berbagai merger dan akuisisi. Perusahaan tersebut menyadari bahwa mental karyawan-karyawannya sangat terpengaruh oleh keadaan saat itu, dan oleh karenanya, State Mutual Life mempekerjakan seorang seniman bernama asal Worcester, Amerika yang bernama Harvey Ball, untuk merancang suatu grafis yang dapat menjadi simbol pemberian semangat. Dan hasilnya adalah Smiley Face sebagaimana yang kita ketahui sekarang.
Diluar dugaan, desain Smiley ini meraih popularitas yang luar biasa, dan State Mutual Life mulai memproduksi ribuan pin gambar senyum berlatar kuning ini. Berbagai tiruan pun mulai muncul di pasar. Lucunya, meskipun Smiley Face memiliki pengaruh dan popularitas yang terasa sampai sekarang, dikabarkan bahwa Ball hanya menerima USD 45 saja untuk karyanya. Walaupun ia hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk menciptakannya, tapi orisinalitas tetap harus dihargai.
Entah mengapa, baik Ball maupun perusahaan State Mutual Life tidak melakukan pendaftaran apapun terhadap Smiley Face. Tentunya ini dimanfaatkan oleh pihak lain. Sekitar 10 tahun setelah Smiley Face pertama beredar, sepasang kakak-adik sekaligus pemilik toko kartu ucapan yakni Bernard dan Murray Spain mulai menggunakan gambar ikonik tersebut. Spain bersaudara tidak hanya berhasil menjual lebih dari 50 juta pin dan berbagai produk lain berdasarkan Smiley, namun mereka juga mendaftarkan gambar tersebut. Pada tahun 1971, mereka berhasil mendaftarkan Smiley sebagai slogan “Have a Happy Day”.
Spain bersaudara bukan satu-satunya pihak yang mendaftarkan Smiley Face. Seorang jurnalis asal Prancis bernama Franklin Loufrani mulai menggunakan Smiley untuk menandakan berita-berita positif dalam koran France Soir. Pada tahun 1972, Loufrani mendaftarkan Smiley di Eropa dan perlahan berkembang ke lebih dari 100 negara lain, bersamaan dengan didirikannya Smiley Company, perusahaan lisensi untuk Smiley Face. Loufrani mengklaim bahwa dirinya menciptakan ikon tadi setelah terinspirasi oleh demo mahasiswa di Paris pada tahun 1968. Uniknya pada situs Smiley Company, mereka sama sekali tidak menyebutkan Harvey Ball.
Contoh produk-produk hasil lisensi Smiley Company:
Kini, Smiley Company telah menjadi salah satu perusahaan lisensi terbesar di dunia. Mereka berhasil memanfaatkan total sebuah gambar sederhana menjadi salah satu visual paling ikonik dalam masyarakat modern. Dilaporkan bahwa mereka dapat meraih keuntungan sekitar $130 juta per tahun, melalui lisensinya yang tersebar di berbagai platform media serta peritel pakaian seperti Zara dan H&M.
Tentunya, desain simple atas Smiley, serta status penciptaannya mengundang banyak tantangan dari pihak luar. Pada tahun 1997, Smiley Company terlibat dalam sebuah sengketa dengan Walmart, sebuah waralaba perusahaan toserba yang juga sudah menggunakan Smiley dalam logonya sejak tahun 1996. Sengketa ini berjalan selama lebih dari 10 tahun sampai akhirnya diselesaikan diluar pengadilan.
Lalu, bagaimana dengan Harvey Ball, sang “pencipta” dari Smiley Face? Beliau meninggal pada tahun 2001, namun karyanya tetap hidup melalui berbagai upaya oleh anaknya, Charlie Ball. Pada tahun 2012, hampir 50 tahun setelah Harvey Ball pertama menggambarkan sebuah manusia kuning dengan senyuman manis, akhirnya anaknya mendaftarkan karyanya, tepatnya, “Harvey Ball Smiley Face” sebuah Smiley face dengan beberapa variasi khusus, yang telah terdaftar sebagai merek di Amerika Serikat, India, Kanada dan Meksiko. Selebihnya, Charlie Ball juga mendirikan “Harvey Ball World Smile Foundation”, suatu yayasan yang menggalangkan dana serta memberi perhatian terhadap berbagai kegiatan-kegiatan amal. Dalam website yayasan tersebut, tertulis: “Harvey Ball percaya bahwa kita semua memiliki kemampuan untuk memberi pengaruh positif di dunia dan beliau hidup sesuai dengan keyakinan itu. Beliau memahami bahwa setiap upaya untuk memperbaiki dunia, sekecil apapun, akan bermanfaat. Beliau meyakini kekuatan dari suatu tindakan baik dan senyuman.”
Kisah Harvey Ball adalah satu contoh dari ribuan kisah yang turut mengingatkan kita akan pentingnya pendaftaran Kekayaan Intelektual. Kita tidak dapat mengetahui penuh mengenai potensi sejati dari karya-karya yang kita buat, sesederhana atau sekonyol apa pun karya tersebut. Tentunya Harvey Ball tidak menduga bahwa hasil upayanya yang mungkin tidak memerlukan banyak tenaga atau kreativitas, bisa menghasilkan industri yang meraup jutaan dolar tiap tahunnya. Oleh karena itu, segeralah hubungi kami melalui marketing@ambadar.co.id untuk mendapatkan layanan terbaik seputar Kekayaan Intelektual.
Sumber: