Pada 21 November lalu, sebuah laga apik dipertandingkan oleh AC Milan dan Fiorentina. Milan, yang sedang kembali naik daun beberapa musim terakhir ini, kebobolan 4 kali oleh La Viola Fiorentina. Meskipun mereka dapat membalas, termasuk melalui dua gol oleh bintang awet muda Zlatan Ibrahimovic, tidak cukup untuk menyelamatkan rekor belum terkalahkannya mereka dalam musim ini. Tentu ini bukan hasil yang diinginkan oleh Milanisti, sebutan untuk para pendukung AC Milan.
Namun ternyata, kekalahan itu bukan satu-satunya kekalahan pahit yang dialami AC Milan di bulan itu. Karena pada 10 November 2021, mereka ditaklukan oleh InterES. Namun jangan salah paham, InterEs ini bukanlah klub sepak bola Internazionale Milan, rival mereka yang kini menduduki puncak klasemen, melainkan sebuah perusahaan alat tulis asal Jerman. Bagaimana bisa? Ini dia ceritanya.
Pada bulan Februari tahun 2017, AC Milan mengajukan permohonan pendaftaran merek kepada European Union Intellectual Property Office atau EUIPO. Permohonan diajukan untuk Merek yang berisi logo dan tulisan AC MILAN pada kategori Nice Class 16 atau alat tulis. Namun dua bulan kemudian, sebuah perusahaan alat tulis asal Jerman, yakni InterES Handels-und Dienstleistungs Gesellschaft mbH & Co KG mengajukan keberatan, dengan dalih Article 8(1)(b) of Regulation 2017/1001 mengenai merek yang serupa. InterEs menyatakan bahwa pendaftaran tersebut dapat membingungkan masyarakat akibat terlalu serupa dengan merek dagang yang sudah mereka daftarkan dalam kategori alat tulis sejak 1984, yang juga bertuliskan MILAN.
Keberatan ini pun diterima, tetapi seperti yang partners mungkin sudah bisa tebak, kasus tidak berakhir disitu. AC Milan mulai menyusun serangan balik dengan mengajukan banding pada Juni 2020, kepada European Court of First Instance (CFI) atau Pengadilan Umum Uni Eropa.
AC Milan membawa berbagai argumen penting, yakni: pertama, bahwasanya ketika InterEs menghadirkan invoice, katalog, brosur, dsb. sebagai bukti bahwa merek “MILAN” telah digunakan dan dikenal oleh masyarakat, dokumen-dokumen tersebut banyak yang berasal dari diluar periode yang relevan yakni 5 tahun. Selain itu, AC Milan merasa bahwa InterEs belum secara definitif, berhasil membuktikan lokasi pemasaran dan pemanfaatan merek, dikarenakan dalam dokumen-dokumen yang mereka berikan sebagai bukti, banyak diantaranya ditujukan kepada pengecer, bukan konsumen. Kedua, bahwa pendaftaran yang dilakukan oleh InterEs bukan hanya kepada kata “MILAN” namun juga dilengkapi dengan tokoh karakter burung spesies Milan (bahasa jerman untuk elang merah). Oleh karena itu, AC Milan menegaskan bahwa elemen distingtif dari merek milik InterEs ada pada tokoh burung tersebut, sehingga tidak mungkin membingungkan konsumen.
Meskipun dua poin yang diberikan AC Milan terlihat kuat, namun CFI menangkal dua-duanya. Serangan AC Milan pun melesat di atas gawang lawan.
Pertama, soal periode dokumen-dokumen pembuktian. Invoice, katalog, brosur dan sebagainya yang merupakan diluar periode 5 tahun yang ditentukan, tetap penting untung menjadi objek pembuktiaan. CFI menekankan bahwa kesinambungan penggunaan adalah indikasi yang relevan dan bahwa umur nilai komersial suatu produk umumnya dapat melebihi periode waktu tertentu. Oleh karena itu, dokumen-dokumen tersebut tetap harus menjadi pertimbangan dan dinilai bersama dengan alat bukti lainnya. Selebihnya, CFI juga menolak klaim AC Milan bahwa InterEs tidak membuktikan tempat pemasaran produknya. Klaim dibantah dengan menunjukan brosur, katalog, daftar harga dan alamat yang secara terang-terang merujuk ke Jerman, sehingga membuktikan bahwa pemilik secara aktif memanfaatkan dan memasarkan merek dengan tulisan Milan tersebut di Jerman. Keputusan CFI ini pun tentunya menguntungkan InterEs, sehingga, mereka dapat diumpamakan unggul 1-0.
0Lalu bagaimana dengan argumen oleh AC Milan soal penggunaan tokoh burung oleh InterEs. Apakah itu cukup memberikan peluang comeback untuk Milan pada babak kedua? Nampaknya tidak.
CFI juga menolak klaim AC Milan mengenai rendahnya potensi membingungkan publik akibat penggunaan tokoh burung oleh InterES. CFI menegaskan bahwa bagi konsumen, nama atau kata akan tetap menjadi fokus utama dalam membedakan brand. Selebihnya bagi publik Jerman, kata “Milan” akan merujuk kepada suatu kota di Italia atau spesies elang merah. CFI menyadari bahwa kata “AC” dalam “AC Milan” membedakannya dengan produk oleh IntesEs, namun, perbedaan itu tidak cukup untuk menghindari kebingungan apabila tertera dalam sebuah perangkat alat tulis. Apalagi dengan fakta bahwa klub bola “AC Milan” juga kerap dikenal hanya sebagai “Milan”. Dengan demikian, 2-0 untuk InterEs.
Pada momen akhir pertandingan, AC Milan berargumen bahwa CFI belum mempertimbangkan reputasi klub raksasa tersebut dalam menentukan apakah publik akan kebingungan. Namun, lagi-lagi tendangan ditepis oleh CFI. CFI menegaskan bahwa memang benar, reputasi suatu merek perlu dipertimbangkan, namun yang dipertimbangkan adalah reputasi merek yang lebih dahulu didaftarkan, bukan yang lebih pemohonnya lebih terkenal. Alhasil, pluit wasih telah ditiup, 90 menit sudah dimainkan, banding oleh AC Milan pun ditolak.
Dari kisah ini, Partners dapat menyimpulkan bahwa kesegeraan dalam pendaftaran merek itu sangatlah penting, baik untuk perusahaan besar maupun kecil. AC Milan, sebagai salah satu klub terbesar di dunia yang sudah juara liga italia 18 kali dan liga champions 7 kali, tapi tetap tunduk pada azas first-to-file. Apabila Partners tidak ingin mengalami kasus seperti yang menimpa AC Milan, Am Badar & Am Badar IP Consultant selalu siap mendampingi. Langsung hubungi kamu melalui email marketing@ambadar.co.id.
Sumber: