Dalam industri olahraga modern, para pemain bukan hanya atlet—mereka juga merupakan brand. Hal ini terlihat jelas dari berita terbaru tentang dua bintang muda, Cole Palmer dan sensasi Barcelona, Lamine Yamal, yang mendaftarkan selebrasi khas serta identitas pribadi mereka sebagai merek dagang.
Gelandang Chelsea dan tim nasional Inggris, Cole Palmer, telah mendaftarkan julukan populernya “Cold Palmer” pada UK Intellectual Property Office. Julukan ini merujuk pada selebrasi khasnya, di mana ia memperagakan gestur menggigil setelah mencetak gol. Permohonan merek dagang tersebut diajukan melalui perusahaannya, Palmer Management Limited, dan awalnya mencakup beragam produk seperti sabun, garam mandi, camilan, pisau cukur, penutup ponsel, drone, mainan, dan lainnya. Namun, permohonan ini mendapat keberatan dari pembuat anggur Prancis Chateau Palmer, yang dinamai dari Lieutenant-Colonel Charles Palmer. Sebagai respons, Palmer mengubah permohonannya pada September untuk menghapus referensi terkait wine, sehingga pendaftaran dapat disetujui sambil tetap mencakup minuman beralkohol lain seperti spirit, liqueur, dan minuman energi beralkohol.
Demikian pula, Lamine Yamal yang baru berusia 18 tahun dan merupakan pemenang Euro, telah mendaftarkan simbol selebrasi ikoniknya “304” pada European Union Intellectual Property Office. Angka “304” dikabarkan merupakan tiga digit terakhir kode pos daerah asalnya di Rocafonda, Mataró.
Langkah seperti ini bukan hal baru dalam dunia olahraga. Cristiano Ronaldo telah lama memiliki merek dagang “CR7,” sementara legenda Wales Gareth Bale mendaftarkan selebrasi “Eleven of Hearts” pada tahun 2013. Pendaftaran seperti ini memberi dasar hukum bagi pemain untuk mengontrol dan memperoleh keuntungan komersial dari citra dan branding pribadi mereka.
Dasar dari semua ini adalah image rights, yaitu hak hukum atas citra dan identitas seseorang. Konsep ini mencakup nama, penampilan, tanda tangan, hingga gestur atau selebrasi khas. Pada dasarnya, image rights mengatur bagaimana persona seseorang dapat digunakan secara komersial, termasuk dalam endorsement, iklan, dan merchandise.
Image Rights di Indonesia
Meskipun tidak ada regulasi spesifik di Indonesia yang secara eksplisit mengatur image rights, konsep ini diakui dalam rezim merek dan hak cipta. Hukum kekayaan intelektual Indonesia mengakui nilai komersial dari citra seseorang dan menyatakan bahwa individu memiliki hak untuk memperoleh manfaat dari citra tersebut.
Hal ini tercermin dalam Pasal 21 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek, yang melarang pendaftaran merek yang identik dengan nama orang terkenal tanpa persetujuannya. Ini merupakan bentuk perlindungan terhadap image rights. Siapa pun yang ingin mendaftarkan nama atau foto sebagai merek di Indonesia harus memastikan bahwa nama atau gambar tersebut bukan milik tokoh terkenal atau publik, atau bila demikian, wajib memperoleh persetujuan terlebih dahulu. Nama terkenal seperti milik Palmer jelas memiliki nilai komersial dan pemiliknya berhak mengontrol penggunaannya.
Selain itu, Pasal 12 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa potret seseorang tidak boleh digunakan, diperbanyak, dipublikasikan, didistribusikan, atau dikomunikasikan untuk kepentingan iklan komersial tanpa izin tertulis dari orang yang difoto atau ahli warisnya—bentuk lain pengakuan atas image rights dalam konteks hak cipta.
Dengan demikian, meskipun istilah “image rights” tidak disebut secara eksplisit dalam hukum Indonesia, substansi konsep tersebut sudah tertanam dalam beberapa ketentuan hukum kekayaan intelektual.
Untuk pertanyaan lebih lanjut mengenai merek dagang atau rezim KI lainnya, Anda dapat menghubungi kami di ambadar@ambadar.co.id. Tim ahli kami siap membantu Anda menghadapi berbagai isu terkait KI.
