Kasus hak cipta lagu Blurred Lines berakhir dengan ganti rugi sebesar $7.4 juta ke Marvin Gaye. Jumlah tersebut adalah setengah dari pendapatan serta penjualan lagu Blurred Lines oleh Robin Thicke dan Pharrell Williams sejumlah $16 juta.
Nominal-nominal tersebut muncul dan dibahas oleh publik akibat kemiripan ‘Blurred Lines’ yang diproduksi Robin Thicke serta Pharrel Williams dengan lagu ‘Got to Give It Up’ dari Marvin Gaye. Ada yang menyebutkan bahwa ganti rugi ini adalah yang terbesar dalam industri musik.
Melihat seriusnya kasus ini, penting untuk melindungi Hak Cipta musik dengan firma hukum kekayaan intelektual yang ahli seperti Am Badar & Am Badar. Jadi, Anda tidak terlibat dalam kasus serupa seperti Tuduhan Plagiarisme K-pop: ILLIT vs. NewJeans di masa depan.
Lalu, bagaimana sebenarnya kasus ini berawal dan apa dampaknya terhadap musik? Simak berikut ini!
Latar Belakang Kasus
Tahun 2013, lagu hit yang populer bernama ‘Blurred Lines’ diproduksi oleh Robin Thicke dan Pharrel Williams. Hasilnya, penjualan serta streaming lagu tersebut dari Vevo dan Youtube menghasilkan keuntungan melebihi $16 juta.
Namun, kemiripan lagu ‘Blurred Lines’ dengan lagu hit dari Marvin Gaye pada tahun 1977 bernama ‘Got to Give It Up’ menimbulkan kontroversi dan menjadi awal dari kasus hak cipta lagu Blurred Lines. Keluarga dari artis Gaye marah dan percaya bahwa karyanya dicuri.
Thicke mengajukan gugatan pencegahan agar keluarga Gaye tidak mengklaim royalti apapun dari lagu tersebut. Keluarga Gaye pun menanggapi dengan menggugat Thicke serta Williams untuk pelanggaran hak cipta.
Pharrel yang merupakan produser serta penulis lagu dalam Blurred Lines tidak ingin ternodai reputasinya. Itulah mengapa, ia memilih untuk merespon gugatan. Klaim Pharrell Williams adalah tidak menyalin apapun lagu Gaye di dalam komposisi lagu Blurred Lines. Terlepas dari pengaruh yang Gaye berikan pada Williams semasa mudanya.
Argumen Hukum Utama
Thicke dan Williams berargumen bahwa lagu Blurred Line tidak memiliki kesamaan yang konkret maupun komponen musik yang spesifik terhadap lagu Got to Give It Up. Kedua karya tersebut sebenarnya tidak memiliki melodi serupa.
Bahkan, tidak ada satu pun kesamaan antara frasa melodi Blurred Lines serta Got to Give It Up. Kedua karya ini juga tidak menerapkan dua akord yang dimainkan pada urutan serupa dan untuk durasi serupa. Struktur lagunya sama-sama berbeda baik dari segi bait lagu hingga chorus lagu.
Liriknya pun tidak ada yang sama. Ini turut didukung oleh publisher dari Marvin Gaye bernama Jobete yang menyatakan tidak ada pelanggaran pada kasus hak cipta lagu Blurred Lines. Jobete pun menyarankan untuk tidak melanjutkan gugatan hak cipta. Namun, ia berakhir digugat oleh pihak keluarga Gaye karena tidak menuntut pelanggaran pada Thicke dan Williams.
Sedangkan, terdapat istilah pengaruh dan penyalinan yang keduanya memiliki makna berbeda. Hukum hak cipta mengakui bahwa artis hingga musisi bisa terinspirasi dari hasil karya sebelumnya tanpa harus dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.
Hal tersebutlah yang dilakukan oleh Thicke dan Williams. Mereka mempertahankan argumen mengenai ide di mana artis sangat sering terinspirasi dari orang lain. Pada kasus ini, keduanya pun mengakui bahwa mereka sempat mendengarkan Got to Give It Up.
Mereka cukup familiar dengan hasil karya Marvin Gaye. Termasuk mengakui bahwa mereka terinspirasi dari gaya Gaye ketika menulis lagu Blurred Lines. Namun, Thicke dan Williams tidak menyalin hasil karya Gaye secara langsung.
Apa yang dipermasalahkan yakni apakah terdapat kesamaan dalam ritme, perasaan, hingga alur dari Blurred Lines dan Got to Give It Up. Serta apakah elemen-elemen tersebut terlindungi dalam kasus hak cipta lagu Blurred Lines.
Putusan Pengadilan
Juri di pengadilan memutuskan untuk mendukung keluarga Gaye. Inti dari pernyataan mereka adalah meskipun Thicke serta Williams tidak langsung menyalin ‘Got to Give It Up’ untuk ‘Blurred Lines’, namun terdapat cukup nuansa serta alur musik yang mirip antara keduanya.
Thicke dan Williams dinyatakan harus bertanggung jawab atas pelanggaran serangkaian ide dalam lagu ‘Got to Give It Up’. Namun, bukan karena ekspresi yang nyata yang biasanya memang digugat pada kasus pelanggaran hak cipta di industri kreatif.
Pengadilan pun memberi ganti rugi pada keluarga Gaye dan ahli warisnya. Ganti rugi tersebut berjumlah $7.4 juta, yang mana menjadi jumlah paling besar dalam kasus hak cipta lagu. Jumlah ini adalah 50% dari keuntungan perilisan lagu Blurred Lines.
Sebenarnya, ganti rugi aktual hanya $3,2 juta. Jumlah $7.4 juta tersebut didasarkan pada kesaksian dari keluarga Gaye yang layak dan tidak spekulatif.
Keputusan pengadilan untuk kasus hak cipta lagu Blurred Lines memang bersifat prosedural dan dasar alasannya cukup sempit. Namun, putusan juri sesuai dan tidak bertentangan terhadap bukti gugatan yang jelas. Pengadilan tidak ingin mengganggu temuan fakta para juri di persidangan.
Dampak terhadap Industri Musik
Dampak dari kasus hak cipta antara lagu Blurred Lines serta I Got to Give It Up seperti sangat berbahaya untuk komunitas musik. Lebih jelasnya, kasus ini berisiko mematikan kreativitas di masa depan.
Bagaimana tidak, putusan pengadilan yang condong kepada penggugat dirasa kurang tepat. Mengingat melodi dalam kedua lagu tersebut tidak mendekati mirip sama sekali. Tidak ada perbedaan antara ide dan ekspresi dari suatu ide.
Kasus ini pun seperti tidak bisa membedakan bagaimana lagu terpengaruh dari pemusik pendahulunya atau merupakan hasil dari penyalinan secara tidak sah. Jadi, semakin membingungkan untuk memutuskan apa yang merupakan ‘pengaruh’ dan apa yang termasuk ‘pelanggaran’.
Setelah juri pengadilan memutuskan melawan Thicke dan juga Williams pada kasus hak cipta lagu Blurred Lines, pengacara lain mungkin akan terinspirasi untuk mengajukan tuntutan atas nuansa pada lagu.
Tujuan hak cipta sendiri yakni untuk memajukan musik dan seni. Apabila tuntutan hak cipta berlaku semata-mata demi penghormatan pada pendahulu seperti Marvin Gaye, artinya tuntutan tersebut bertentangan dengan tujuan dari hak cipta.
Bagi penulis lagu, kasus ini akan membuat mereka berpikir dua kali ketika menulis. Namun, kenyataan sebenarnya adalah penulis lagu memang mengandalkan kreativitasnya sendiri.
Pada sisi lain, Robert Fink yang merupakan seorang ahli musik menyatakan kasus hak cipta ini berpotensi menjadi preseden yang membatasi warisan bunyi, getaran, alur, nada, serta perasaan dalam musik.
Banyak para penulis lagu, musisi, serta artis yang karya-karyanya dipengaruhi oleh para pendahulunya. Hanya sedikit yang memang orisinal dalam proses kreatifnya. Itu yang terjadi pada Thicke dan Williams. Mereka melihat musik Gaye sebagai inspirasi agar dapat menciptakan lagu yang orisinal. Jadi, bukan sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak cipta musik tersebut.
Kasus hak cipta lagu Blurred Lines menjadi gejolak tersendiri dalam industri musik. Perlu adanya batasan yang tepat mengenai apa yang dilindungi oleh hak cipta. Bagi Anda yang memiliki masalah serupa, percayakan Layanan Hak Cipta dari Am Badar & Am Badar!
Kami memiliki layanan komprehensif yang penuh solusi untuk berbagai kebutuhan hak cipta karya musik Anda. Hubungi kami dan kunjungi laman layanan serta artikel untuk informasi lebih lanjut! Baca juga tentang Tuduhan Plagiarisme K-pop: ILLIT vs. NewJeans yang kasusnya tidak kalah menarik.